Gunung Guntur, Si Kecil Nyelekit 3

by - 9:04 PM

Time to go doooooooown! 

Sebenarnya perjalanan turun lebih berat dibanding saat naik menuju puncak. Kaki kita bermain lebih banyak, keril pun seakan mendorong kita. Tenaga sudah hampir habis, jiwa kita sudah ada di bawah sedari tadi. Tinggal kita yang harus mengendalikan.

Termasuk saat turun dari Guntur.

Saat perjalanan naik, aku tidak tahu bagaimana gambaran jalan yang kita lalui. Hanya samar, karena kita melakukan perjalanan malam. Dan saat turun, kalimat yang pertama keluar adalah 'WOW ini miring banger!" Tapi terbayar dengan pemandangan yang indah.

*gak bisa gambarin saking kerennya, recommend banget*

Aku dan Fitri pertama turun saat yang pain masih berfoto. Kami turun terlebih dahulu karena pasti kita akan tertinggal. Aku yang lambat dan Fitri yang membawa keril paling tinggi. Fitri tuh paling gak ngeluh, love Fitri.

Kita memungut batang kayu sebagai penahan. Tapi tetap saja, kami tidak bisa mengontrol jalan kami. Tidak terasa kami telah didahului oleh Ijal, Rama, Isan, dan Pale. Mereka yang turun dengan cara berlari dan terasa sangat mudah. Aku ingin memgikutinya, tapi takut. Cemen.

Dari arah belakang ada Gina, Enggal, dan Ochin. Mereka turun dengan cara memorotkan diri dengan posisi duduk. Seperti main perosotan. Kemudian aku dan Fitri mengikutinya, tapi tetap saja tertinggal.

Ketika semua sedang bersusah payah untuk turun, sang moodbooster Gina, mulai dengan tingkahnya. Gina melempar tas miliknya ke bawah dengan mudahnya. Hingga akhirnya tas miliknya keluar dari jalur pendakian dan hilang.

Kelakuan Gina sedikit membuat semua orang tertawa, walaupun ia tidak ada maksud untuk melucu

Sesaat kemudian semua kembali bergerak, akupun ikut bergerak. Di belakang ku ada Udjo. Di depan Ku ada Bugus seperti biasa. Tapi kali ini jarak lu dengan Bugus cukup jauh. Tinggallah aku dan Udjo.

Sekarang aku yang kesal, memang aku sebenarnya gampang kesal. Jalannya membuatku kesal.

Aku mulai memposisikan kembali badanku , dan mulai meluncur. Laju ku mulai tak terkontrol, aku meraih sebuah ranting dan menghasilkan luka sayat di jari kelingking ku. Sebal. Aku ingin segera sampai ke bawah.

Udjo yang masih menyemangatiku, sudah ku hiraukan. Bahkan saat keril ku mulai ia diambil. Sampai akhirnya Udjo duduk di depan ku dan manarik ku. Lumayan membuat perjalanan lebih cepat. Tapi aku pikir, dia sudah kesal padaku karena lama.

Daaaaaaaan akhirnya kita bertemu dengan yang pain yeaaaaaah! Dan hari udah mulai gelap. Seperti biasa.

Terima  kasih sudah mengajak ku melihat keajaiban Tuhan. Jangan bosen mengajak ku kembali berpetualang. Maaf kalo nyusahin kalian. Sampai Jumpaaaaaaaa!









05 September 2017 tepat aku menulis ini, di kamar berukuran 4x5 meter. Mungkin nanti aku sedang berada di Reine, Norwegia. Desa nelayan kuno yang memiliki julukan desa terindah di Norwegia. Semoga.

You May Also Like

0 comments